Rabu, 14 Februari 2018

Dialog Rindu

DIALOG RINDU

Mana bisa kutakar
Mana yang lebih berat
Rindu milikku
Atau milikkmu
Disaksikan kipas angin, buku dan cangkir kosong
Aku menggugat
Untuk bertemu

Sudah pasti
Rinduku yang lebih berat
Senada nyanyian nyamuk
Terus saja menghantui pendengaran
Serupa virus di penghujan yang terus menggerogoti imunitas ragaku

Jarak merentang
Keterbatasan gerakku menghadang
Aku mau saja nekat
Tapi nanti tubuhku lebam
Aku dipecundangi ratusan kilometer yang dari awal sudah menang
Masihkah kau akan datang?
Ke wilayahku yang luluh lantak sebab kalah perang

Jarak hanya permainan ilusi tatap
Bukankah kita sudah belajar tentang ilusi jarak dan waktu
dari Adam dan Hawa
Mereka pun pernah merasakan kekalahan
Sebab tak digdaya menakhlukan rindu hingga temu

Begitu tabah
Seperti kolibri yang nektarnya dicuri
Kau berikan analogi kisah para nabi
Kau pasti sedang lelah
Pergilah
Aku tidak sudi dikasihani

Aku hanya melihat binar di matamu
Binar yang telah sembuh 'kan luka cinta
Terangnya melebihnya lampu-lampu
Dan layar besar yang pernah kulihat

Kisah patah-patah
Yg menguar dari lubang beraroma darah
Cinta itu bikin dungu
Seperti sekarang
Kau
Aku
Membunuh komoditas berharga yang kerap disapa waktu.

Dua kota, Februari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar