Rabu, 10 Juni 2020

Hal Ini Aku Alami Setelah Lama Tidak Menulis

                      Gambar istimewa

Kembali merangkai frasa demi frasa setelah sekian lama enggak menulis, ternyata benar-benar bencana. Aku enggak pernah menyangka membuat satu tulisan akan semenyulitkan ini.

Suatu hari, aku yang tengah bersafari di status demi status di aplikasi WhatsApp kemudian aku melihat sebuah informasi, tulisan temanku naik di media komunitas daring yang sering aku baca. 

Insecure dong, pasti insecure dong ya...

Kendati aku insecure membandingkan diriku yang enggak produktif ini, aku sangat bangga terhadap pencapaian temanku. Aku kemudian mengirim pesan kepada  teman perempuan di kampusku, tujuannya satu, minta diajari untuk menulis kembali. Agar kembali produktif menulis dan menghempaskan segala rasa rendah diri sialan ini. Ternyata dia mengalami kegelisahan yang sama. Alih-alih diajari kami akhirnya sepakat melakukan tantangan 30 hari menulis, dimulai sejak tanggal 6 Juni.

Hal tersebut yang menjadi awal dari bencana yang tidak bisa diselamatkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Aku memikirkan beberapa topik yang akan aku kembangkan seharian ini, tetap saja hasilnya tidak sesuai keinginan.

Menemukan ide-menyalin di gawai-mengembangkan ide-tulis-hapus-mencari referensi-tulis-hapus-tulis lagi-hapus lagi. Hais!1 embuh! Djancuk raine hasuw!1 

Bencana ini menciptakan situasi absurd lain. Aku berharap  inspirasi datang dari secangkir kopi. Rasanya,aku sudah termakan strategi marketing dalam bentuk iklan. Meski kopi yang kuminum ialah kopi bubuk yang bahkan tidak ada iklannya. Aku bahkan sengaja jongkok di kamar mandi meski enggak lagi pengen buang air. Lagi-lagi demi mendapatkan inspirasi.

Seharian ini aku juga membaca hampir dua puluh artikel di media yang berbeda. Aku berharap, ada sesuatu yang mungkin bisa aku jadikan tulisan yang enak dibaca. Sayangnya, tetap saja enggak ada kata terlintas.

Menyiasati kebuntuan, aku melakukan meditasi, membayangkan berada di pedalaman hutan Kampar Kiri Hulu yang asri. Berada di pinggiran sungai mendengarkan gemericik air mengenai batu, suara satwa hutan yang indah. Kemudian saat meditasi selesai, aku memutuskan menuangkan keresahanku dalam bentuk tulisan.

Lama enggak nulis bikin aku gagap memulainya kembali. Tapi bukan berarti aku enggak bisa. Setiap hari hingga challenge ini selesai, bakal jadi hari-hari penuh proses yang aku pikir bakal enggak mudah. Dibanding berkompetisi dengan partnerku, 30 hari ke depan bakal jadi waktu untukku berproses melampaui diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar