Rabu, 02 November 2016

Kejujuran "Katanya"

foto : dok pribadi


 Jujur atau kejujuran mengacu pada aspek karakter, moral dan berkonotasi atribut positif dan berbudi luhur seperti integritas, kejujuran, dan keterusterangan, termasuk pada perilaku beriringan dengan tidak adanya kebohohan, penipuan, perselingkuhan, dll selain itu kejujuran berarti dapat dipercaya, setia, adil, dan tulus.


Paragraf diatas merupakan definisi jujur bersumber dari Wikipedia. Lalu apa kata yang lain tentang kejujuran ?

“ jujur itu nggak bohong “
“ jujur itu sifat yang harus dimiliki manusia “
Yaa.. apapun pendapat mereka aku tampung saja, jangan menyalahkan pendapat kalau kata guru SMA dulu.

Namun pada pengalaman ketika Zaman kanak-kanak dulu aku hampir menangis menjelaskan suatu kebenaran, karena aku tidak ingin berbohong dan mereka mengolok-olokku.
Aku diajarkan dirumah oleh orang tua untuk melakukan hal-hal berikut ini

1.    Berani
2.    Jujur
3.    Jangan mencuri
4.    Percaya diri

    aku hampir kalah oleh keadaan.


Nilai-nilai kejujuran serta norma yang katanya mengatur setiap nafas manusia malah kalah tenar dengan “ngehitsnya kebobrokan moral “ kalau aku mendengar selentingan seperti ini bunyinya “ ndak apa-apa ndak jujur yang penting eksis “ demi pengakuan dan keeksisan itulah yang melapisi tebal-tebal kejujuran seperti bedak pemain ludruk. Pengakuan dari mereka ( manusia ) lebih utama dari dia (Tuhan YME) toh Tuhan juga tidak  kelihatan, kira-kira seperti itu.
Mahasiswa mencontek, siswa melatih otot leher seperti Jerapah, pejabat korupsi.
Nilai nilai tadi dikesampingkan dengan membesar-besarkan perasaan “ bodo amat” dengan goal point  mendapatkan nama, pamor, pujian dari masyarakat

Contoh klasik saja,
Ketika seorang anak membawa hasil ulangannya dengan nilai 30 orangtuanya lantas berang teriak kesetanan bak beruang kehilangan hutan, “ anak bodoh ! “ atau jika si  anak beruntung terlahir dari orang tua yang temperamennya baik, si bapak akan mengatakan “ kamu ngapain saja di sekolah, minggu depan uang jajan dipotong yaa ?” belum lagi si anak menjelaskan bahwa hasil tersebut diperoleh secara jujur namun atmosfer sudah menghujaninya duluan dengan kalimat yang menyudutkan. Yasudah lebih baik nyontek saja to ?
Juga para pejabat yang merahasiakan APBD dengan dalih “ tidak semuanya bisa kami transparansikan’ mereka mungkin hanya takut jikalau nanti rakyat menuntut. Atau agar mereka dapat menggocek dana APBD ke gawang pribadi mereka ? istighfar dulu karena sudah bersuudzon.

Tapi satu pertanyaan muncul, “ apakah nanti ketika mereka sudah jujur itu akan dipercaya ?”

Atau nanti malah dinilai AH ITUKAN KATANYA PEMERINTAH SAJA. Inikah yang ada di benak bapak/ibu politikus yang menjadi pelumas untuk melanjutkan kembali tradisi tidak jujur ?

Itu kan KATANYA si Putri saja.

Indonesia krisis moral ( kejujuran )
1.    Salah Siapa ?

Jawab : salah mereka juga yang menghakimi tanpa bertanya alasannya.
2.   Kapan Indonesia bisa terbuka dan berterus terang ?

Jawab : nanti jika kitanya juga sudah siap menerima segala kebobrokan dan berbesar hati memaafkan.

Sebentar, ini harus diluruskan, bukan Indonesianya yang salah, tapi individunya. Bukan hanya manusia yang tinggal di Indonesia saja yang berbohong, Jepang, eh  orang Jepang dulu juga berbohong demi mendapatkan simpati rakyat Indonesia. Lalu kenapa Indonesia yang disalahkan ?
Bukan Indonesianya ? Negara kepulauan ini tidak salah apa-apa, Indonesia hanya penamaan dari gugusan pulau yang sudah merdeka. Individu yang hidup di atas Indonesia saja yang kurang tertata.

Dan masalah kejujuran ? mari jujur meski nanti hanya dianggap “katanya”



2 komentar: