Tulisan ini kupersembahkan untuk diriku sendiri dan teman-teman wanita di mana pun berada.
Btw aku habis liat postingan di instagram Mojokdotco. Kalian bisa liat postingannya di sini https://www.instagram.com/p/Byw6pReAkjs/?igshid=17qxp46lf60nu
Sudah dilihat? Aku mager nyalin kalimatnya, haha.
Tapi kenapa seneng banget menjadikan perempuan sebagai objek konten cinta yang menye-menye? Dan mengapa konten-konten instagram banyak bernada serupa? Dan begitu banyak like dan komentar yang menunjukkan bahwa konten seperti itu sangat diminati.
Karena kita Perempuan sering sedih dengan hal yang salah.
Konten instagram seperti Mojokdotco tadi dapat amat banyak ditemui di akun-akun lainnya. Sorry to say, begitu seksis dengan mengobyekkan perempuan sebagai always selaluuuuu meluluuu korban perasaan dalam pacaran.
Dengan sadar aku memahami kalau postingan itu hanya sekadar candaan, tapi mengapa objeknya harus perempuan? Dan seolah perempuan selalu korban dalam per-pacaranan. Tidak sama sekali, Sayangku. Ada juga lelaki yang ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya, ditinggal nikah atau diselingkuhin. Ini merupakan persoalan umat manusia yang notabene lelaki dan ada perempuan.
Tapi bukan itu poinnya di sini.
Kamu ndak tau betapa kuatnya kamu, Perempuanku. Kamu sebenarnya hanya senang tenggelam dalam kesedihan. Kesedihan yang salah dan dibuat-buat.
Mengapa kamu mesti sedih dengan lelakimu yang telat membalas pesan? Pertanyaannya adalah, apakah pacarmu seorang pengangguran? Dan jika ya? Apakah fungsi ia bernafas di bumi guna mengabarimu seorang?
Atau ketika dia berubah, tidak lagi sama di awal masa PDKT. Dia semakin kerap lama membalas pesan, komunikasi tak lagi intens dan tidak lagi sehangat dulu. Tidak hanya pasanganmu yang berubah, kita hidup dinamis yang tidak akan sama dari hari ke hari. Meski dengan perlakuan yang sama. Sapaan "Hai" atau bahasa "Aku sayang kamu" dan "Selamat Pagi" bisa saja tidak semendebarkan ketika awal pendekatan dahulu.
Setiap orang memang ingin dicintai, dihargai dan diperhatikan. Itu normal.
Namun bukan berarti kita lah poros hidup pasangan kita. Dan perasaan ingin diperhatikan bisa berubah menjadi mendominasi untuk dijadikan prioritas. Kehendak dalam bentuk apa pun selalu meninggalkan jejak luka apabila tidak tersalurkan dan terpenuhi. Perasaan ingin berkuasa dengan mendominasi pasangan itu yang tidak normal.
Dan ya, sejauh mana tujuan dari hubungan diobrolkan? Percakapan seputar komitmen, Selagi masih teguh pada tujuan awal mengikat hubungan dan dia masih konsisten. Persoalan bersifat ego penting dievaluasi tapi tidak harus berlarut-larut.
Perempuan-perempuanku, kita bukan warga negara kelas dua yang selalu dianaktirikan. Jadi peliiiisss, berhenti playing victim merasa seolah-olah korban. Berhenti seolah-olah bahwa wanitalah yang selalu tersakiti.
Girls, tanpa sadar kamu telah melemahkan dirimu sendiri.
Bergantung kepada orang lain demi kebahagian kita sendiri kurang tepat, walau kepada pasangan. Kamu bisa menolong dirimu dan membuat dirimu dicintai tanpa bantuan dari pasangan. Dimulai dari menerima diri apa adanya dan sadar kamu pantas dicintai. Sehingga relasi kuasa yang merepotkan perasaanmu bisa diakhiri.
Jika kemudian kamu menemukan fakta bahwa pasanganmu memang bajingan, itu bukan salahmu. Anggap kau sedang beruntung tidak akan hidup bersama orang yang salah.
Hentikan tangismu, agar kemudian budaya patriarkal di negeri ini tidak menjadikan kesedihanmu sebagai komoditi. Memang asik lucu-lucuan. Tapi tidak lagi menyenangkan jika media hari ini mengekalkan pemikiran bahwa perempuan adalah warga kelas dua di bawah laki-laki.
Perempuanku, bangun dan melawan! Karena kita adalah rahim peradaban.