Senin, 25 Desember 2017

Mimpi Niana

"Tar, aku ingin pulang ke  Bogor"
Niana berkata pada Batara namun pandangan serta imajinya selingkuh entah pada apa.
"Ha?"  Tanya Batara lebih kepada tak yakin.
"Kampung halaman kamu kan di Manado, Na"
"Tapi di bogor tenang, tanpa ambisi, beberapa daerahnya sejuk. Nanti aku akan beli rumah di sana. Setiap sore aku membawa baki teh milikku dan suamiku. Syukur-syukur saat itu gunung salak meletus. Aku bisa mati dalam damai"
"Kamu lari dari kenyataan"
uap asap mengepul dari corong bibir Batara.
"Iya, mungkin"
Niana tau, tanpa harus Batara beri tau. Ia paling mengenal dirinya sendiri. Paling intim ketika ia menangis sesengukan kemudian kepayahan bernafas.
"nanti, di depan rumah aku ada pohon rimbun kamu boleh sesekali main ke rumahku, Tar."
Bagaimana kalau aku yang serumah denganmu, Niana?
Ungkapan cinta yang diperam terlalu lama oleh Batara. Tidak diungkapkan, pledoinya, akan merusak persahabatan.
"Aku mau ke Bogor ya, Tar"
"Lagi?" Tanya Batara.
"Iya, kangen sama Ciliwung pengen ngopi dan nulis puisi di sana"
Batara menjawab dengan anggukan. Punggung Niana menghilang di balik pagar bergaya vintage milik coffeshop yang dari tadi mereka singgahi.
"Niana, nanti aku akan mengabulkan mimpimu Rumah di Bogor, pohon rimbun. Dan juga mimpiku"
Gambar: istimewa

Jumat, 22 Desember 2017

Jangan Kasihani Aku

Aku di sudut gelap menimbang-nimbang ingin jadi apa. Pikiranku hanya satu, seorang ibu dari lembaran-lembaran manis bernama buku.

Menikmati setiap kelahiran anak-anakku dari tiap-tiap kelahiran. Ku upayakan agar si bungsu jauh lebih baik dari kakaknya, selalu begitu.

Aku ingin jadi seorang ibu
Tidak saudagar kaya
Tidak pegawai negeri sipil
Pengembara? Aku akan pikirkan itu nanti.

Aku mau punya rumah di hutan dan berteman dengan siamang. Di samping rumahku ada jemuran dari kayu. Burung-burung nakal kadang membuang tahi di sana makanya ada jejak-jejak putih pada sisi pinggirannya.

Aku serius.

Tapi hidupku memiliki mata rantai.
Aku bisa saja bebas. Terlepas.
Tapi aku tidak memiliki cukup rasa tega.
Hidupku bukan milikku saja.

Sudah, jangan kasihani aku.
Aku tidak baik-baik saja.

Alam Ku Rindu

Aku mau ke hutan
Ke lembah
Ke sungai
Tempat yang bikin pasrah dan basah

Kan kubawa ranselku
Isi baju, isi buku balsam dan sisir kutu
Diteduhi rimbun daun
Basah oleh embun

Kutinggalkan ku punya kamera
Alamku
Hanya ada kita di sana
Bermesra sampai kulupa aku siapa

Alamku
Ku rindu

Riau, Desember 2017

Minggu, 17 Desember 2017

Rindu

Rindu basah bias ejekan sungai beraroma anyir
Tidak sudi berkompromi dengan uap kopi  awam
Ampas hitam menempel di piring tatakan.
Karpet merah kotak-kotak sisa piknik
Satu ceret
Satu gelas
Dan sepasang sepatu
Kedinginan sendirian

Marpoyan, 16 Desember 2017