"Kampung halaman kamu kan di Manado, Na"
uap asap mengepul dari corong bibir Batara.
Aku di sudut gelap menimbang-nimbang ingin jadi apa. Pikiranku hanya satu, seorang ibu dari lembaran-lembaran manis bernama buku.
Menikmati setiap kelahiran anak-anakku dari tiap-tiap kelahiran. Ku upayakan agar si bungsu jauh lebih baik dari kakaknya, selalu begitu.
Aku ingin jadi seorang ibu
Tidak saudagar kaya
Tidak pegawai negeri sipil
Pengembara? Aku akan pikirkan itu nanti.
Aku mau punya rumah di hutan dan berteman dengan siamang. Di samping rumahku ada jemuran dari kayu. Burung-burung nakal kadang membuang tahi di sana makanya ada jejak-jejak putih pada sisi pinggirannya.
Aku serius.
Tapi hidupku memiliki mata rantai.
Aku bisa saja bebas. Terlepas.
Tapi aku tidak memiliki cukup rasa tega.
Hidupku bukan milikku saja.
Sudah, jangan kasihani aku.
Aku tidak baik-baik saja.
Aku mau ke hutan
Ke lembah
Ke sungai
Tempat yang bikin pasrah dan basah
Kan kubawa ranselku
Isi baju, isi buku balsam dan sisir kutu
Diteduhi rimbun daun
Basah oleh embun
Kutinggalkan ku punya kamera
Alamku
Hanya ada kita di sana
Bermesra sampai kulupa aku siapa
Alamku
Ku rindu
Riau, Desember 2017
Rindu basah bias ejekan sungai beraroma anyir
Tidak sudi berkompromi dengan uap kopi awam
Ampas hitam menempel di piring tatakan.
Karpet merah kotak-kotak sisa piknik
Satu ceret
Satu gelas
Dan sepasang sepatu
Kedinginan sendirian
Marpoyan, 16 Desember 2017