"Semoga Indonesia lebih baik lagi"
"Semoga UIN Suska Riau bla bla"
Apa yang kita gantungkan pada kata semoga? Siapa yang mau diharapkan setelah "semoga" dibunyikan?
Keajaiban Doa memang luar biasa, yang miskin jadi kaya, yang kaya jadi miskin. Karena didoakan si miskin.
Namun, bukankah Tuhan tidak akan merubah suatu kaum jika kaum tersebut tidak merubahnya nasibnya sendiri? Kalau dipikir apakah Tuhan nggak bete, mendengar hamba-Nya mengeluh dari Senin ke Selasa, Selasa ke Sabtu. Hari minggu libur mengeluh. Piknik lebih di prioritaskan.
Lalu kata Semoga kembali ditanyakan, apa setelah "semoga" dilafadzkan hingga khatam akan merubah keadaan?
Siapa yang hendak kita andalkan?
Kenapa 8 tulang yang diberikan Tuhan tidak digerakkan?
Agar harapan lekas menjadi kenyataan.
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar