Minggu, 30 April 2017

Dik

Dik, andai engkau anak petani, saat ini kau harusnya sedang menghitung uang hasil penjualan ubi tadi pagi.
Jika kau anak politisi, mungkin kau sedang berfikir tentang cara mengaji undang-undang yang menguntungkan kaum pemilik uang.
Mungkin, jika kau anak seorang polisi kau sudah dalam mimpi, tidur lebih awal dalam rangka pendisiplinan diri.

Tapi kau bukan anak politisi, polisi atau petani.
Aku lihat kau sedang duduk di sudut toko menghisap lem hingga teler.
Siapa ayah dan ibumu?
Jalanan itu kejam, Dik. Pulanglah.
Mandi kemudian basuh tubuhmu dengan sejuknya air sumur.

Dik, apa rasanya nikmat? Hingga kau rela menadahkan tangan berdusta bahwa kau kelaparan?
Apa lem itu bisa mengantarkan kau ke surga? Kalau ya, sini kakak hendak coba.
Apa sebegitu sulitnya mendapatkan bahagia? Kau suka? Lem cap kambing itu.

Tatapan dari mereka menakutkan bukan? Seolah kalian makhluk berkaki empat yang sering mereka umpat, biar saja mereka adalah manusia yang sedang berakting menjadi hakim, jangan tersinggung.

Omong-omong jika kalian anak petani kalian punya lahan?
Apa sepetak lahan kering berdebu bisa menumbuhkan barang sebatang pohon singkong?
Hmmm, tak apalah, jangan sedih sebab tak bisa bertani, kalian kan bisa pergi menuju mall menghibur diri.
Dik, sini kakak bisikkan, mall yang sekarang berdiri gagah di ujung jalan itu, dulunya tanah milik kalian.

Selasa, 25 April 2017

Semoga

"Semoga Indonesia lebih baik lagi"
"Semoga UIN Suska Riau bla bla"

Apa yang kita gantungkan pada kata semoga? Siapa yang mau diharapkan setelah "semoga" dibunyikan?
Keajaiban Doa memang luar biasa, yang miskin jadi kaya, yang kaya jadi miskin. Karena didoakan si miskin.

Namun, bukankah Tuhan tidak akan merubah suatu kaum jika kaum tersebut tidak merubahnya nasibnya sendiri? Kalau dipikir  apakah Tuhan nggak bete, mendengar hamba-Nya mengeluh dari Senin ke Selasa, Selasa ke Sabtu. Hari minggu libur mengeluh. Piknik lebih di prioritaskan.

Lalu  kata Semoga kembali ditanyakan, apa setelah "semoga" dilafadzkan hingga khatam akan merubah keadaan?
Siapa yang hendak kita andalkan?
Kenapa 8 tulang yang diberikan Tuhan tidak digerakkan?
Agar harapan lekas menjadi kenyataan.

Aamiin.

Jumat, 14 April 2017

Cermin

Aku melihat cermin, atau cermin yang melihatku?

Aku melihat cermin sembari berkata aku cantik.
Kemudian kawanku berkata bahwa aku hanya membual, lanjutnya, aku tidak secantik itu.

Cerminkah yang berbohong?
Atau temanku?
Atau wajahku?
Mungkin mataku?

Mana realitas yang sesungguhnya?
Aku percaya pada mataku, temanku percaya pada matanya dan cermin. Dia hanya percaya pada cara pandang mata yang melihatnya.
Ohhh begitu?

Jadi aku ini, cantik?