Aku Sepakat kepada diriku sendiri untuk memublikasikan tulisan ini lebih dulu dari tulisanku yang lain.
Karena aku ini sedang resah, gelisah, sebel perihal cinta dan sahabatnya yang lain.
Selama hampir satu tahun aku ngejomblo baru kali ini aku merasa tertekan oleh lingkunganku, agak berlebihan kalau mengatakan bahwa lingkungan mendiskreditkan kaum jomblo. Apalagi diriku ini menjomblo bukan karena tidak laku, bukan pula karena aku jeleknya keterlaluan. Toh masih ada yang menggoda ketika sedang jalan-jalan, entah karena aku cantik menurut mereka atau karena aku memakai sendal terbalik.
For your information saja ya gaes. Aku memilih jomblo karena aku tidak membutuhkan komoditas bernama pacar, dan lagi pacaran hanya proses menuju rasa bosan.
Selain membuang waktu, aku menjadi tidak fokus kepada tujuanku. Itu baru satu, faktor lainnya ialah aku malas kecewa, alasan ? karena aku sudah pernah merasakannya, masa sih mau jatuh ke lubang yang sama ? Kan masih banyak lubang-lubang lainnya yang belum dicoba. Rasanya bodoh sekali kala mengingat aku menangis untuk pria yang belum tentu jadi imamku.
Namun ternyata menjomblo ada cobaannya, mulai dari teman-teman pria yang menjauh pasca mereka ditolak, kecurigaan teman yang takut ditikung olehku, oalaaah sebagai gadis blasteran Minang - Jawa adalah berpantang buatku nilep pacar teman sendiri. Padahal kalau dia mau berkaca, dia jauh lebih cantik ketimbang aku yang hanya lucu dan imut-imut ini.
Yang lebih parah aku dikira lesbian, Demi ibuku di rumah yang sedang nyruput teh manis !!! Aku seratus persen normal !!
Aku masih doyan ngelirik cowok tampan. Jantungku berdebar untuk lelaki yang aku sukai.
Untuk menampik semua hipotesis yang aneh lagi nyeleneh seperti diatas apakah wajib hukumnya memiliki seorang pacar atau gebetan ? Dibuktikan dengan mengupload foto berduaan dibarengi caption yang melambungkan perasaan pasangan ?
Pada aspek lain, aku memiliki gebetan, berupa tanggung jawab.
Aku mencintai tanggung jawabku kepada ibuku, aku menikmati berkekasih dengan hal yang harus aku lakukan lebih dahulu. Aku juga sangat menyukai status sebagai kakak yang tidak segampang penyebutannya.
Semua itu aku jalani dengan perasaan bahagia. Sehingga kebahagiaan itulah yang membuat aku mengambil sikap tak ambil pusing pada kejombloanku.
Kalau boleh jujur aku saat ini sedang menyukai seseorang, aku juga sedang berusaha mendekati dia, tapi untuk mendekati dia dengan cara mengirim pesan seperti
" Hai "
" ini xxxx kan ? "
" eh kamu tau gak kalo Bumi itu sebenarnya bentuknya segitiga ? "
Atau modus zaman purbakala yaitu salah mengirim pesan.
Aku sudah ndak bernyali lagi melakukannya. Wong lihat dia dari kejauhan jantung rasanya sudah mau copot, badan gemeteran, mata putih semua, suka dan kesurupan beda tipis.
Aku mendekati dia dengan membiarkan Tuhan bekerja. Aku tidak hanya berpangku tangan, akupun berusaha memperbaiki diriku. Pelan tapi pasti.
Tidak berbeda dengan mereka yang menjalani proses pendekatan yang aktif satu sama lain, zat dopamine juga bekerja dalam tubuhku.
Ketika Wanita jatuh cinta, ia akan mati-matian mempermak diri. Contoh, aku punya seorang teman yang menjadi maniak belanja ketika menyukai pria, dia ingin terlihat baru, fresh dan bergaya.
Akupun tidak jauh berbeda, aku mati-matian mempermak diriku memakai media buku, aktualisasi pengetahuan, memperbaiki sikap agar terlihat fresh, baru juga bergaya.
Sulit ? Iya !!
Namun aku bertekad agar bisa, jika nanti ada kesempatan aku ngobrol dengannya tidak akan canggung dan kehabisan kata, dan aku tidak perlu pura-pura kesurupan karena malu.
Harus ada yang dikorbankan untuk cinta. Toh aku tidak rugi, jadi ketika kemungkinan ekspektasi tak sesuai realita aku tak akan terlalu sakit, yang aku lakukan berguna untukku sendiri.
Aku juga jatuh cinta, dengan cara yang berbeda.
Aku jatuh cinta diam-diam. Fase PDKT juga aku lakukan sendirian. Aku masih normal, masih manusia.
Langkah lain yang aku ambil merupakan self defense agar aku tidak terluka.
Andai saja kamu tau bahwa Tuhan pecemburu, kun fayakun dari-Nya akan membuat harapan yang di awal menggebu seketika merubah hatimu hancur menjadi debu.