Kemana perginya budaya negeri ini ?
Rasanya ia sembunyi, ia merajuk.
Laki-laki berdasi dan wanita dengan gincu merah serta bedak putih pucat pasi. Anak muda pun tak lagi berkutat mesra dengannya malah memalingkan wajah tidak peduli.
Tidakkah kita seharusnya sama-sama saling mencari ?
Saat ini ibu pertiwi sedang sakit punggung, dibebani ratusan bahkan jutaan ton permata bertemankan intan berlian, kalian boleh baca " pembangunan " punggungnya sakit dan perutnya kelaparan, karena manusia serakah memaksa mengeluarkan isi perutnya habis-habisan.
Indonesia kini sedang dirias dirinya, dipoles dengan bedak hedonisme yang sekarang membuat candu, bila tidak dikenakan. Padahal bukankah kita lebih ayu jika natural saja ? Kembali pada ajaran leluhur untuk tetap sederhana juga rendah hati.
Hedonisme, menjadi kebutuhan, prioritas yang secepatnya diusahakan. Maka, jangan salahkan jika budaya kita merajuk dan kabur dari jati diri bangsa ini. Kemudian, setelah ia bermesra dengan negara tetangga barulah sibuk berkoar di sosial media. Andai sosial media dapat berbicara : " kalian selama ini kemana saja ? "
Kita sudah abai, negeri kita terlalu kaya sumber daya, emas, timah minyak bumi, nikel sampai batubara, kita buta oleh materi fisik yang akan habis seiring waktu. Kita buta dan abai dari kemolekan pusaka yang dulu susah payah dibuat dan diturunkan nenek moyang, mata kita tertutup debu " globalisasi " sehingga tidak melihat bahwa sejarah budaya kita lebih menggoda daripada yang dibawa kaum eropa, amerika dan konco-konconya.
Masih tidak percaya ? Lalu untuk apa setiap tahun mereka datang ke negeri kita ?
Menjual lada atau merica ?
Tidak mungkin, itu karena negeri kita kaya, dan budaya kita menggoda.
Jadi sebelum budaya kembali angkat kaki, kita akan berikan rengkuhan hangat, agar ia nyaman dan tidak menjauh pergi. Jika dia pergi, apalagi yang tersisa dari negeri ini ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar