Jumat, 17 Februari 2017

Kekinian ( dari angle mana kamu memandang? )

Ketika aku mengetik kata " Kekinian " di mesin pencari google, maka ini 3 artikel teratas yang aku temukan.

1. Jangan ngaku anak kekinian kalau belum coba 15 pose foto keren ini.
2. Kamu belum dibilang gaul kalau gak pernah foto dengan gaya ini.
3. 22 ciri gaya hidup remaja kekinian yang dianggap gaul dan keren.

Dua artikel teratas menuliskan tentang, pose foto sebagai barometer agar dapat dikatakan kekinian, tidak heran karena kata kekinian juga populer bersamaan dengan populernya aplikasi yang memungkinkan penggunanya mengupload foto dengan beragam fitur yang terus berkembang.
Instagram, dirilis pada tahun 2010 lalu yang saat ini memiliki 22 Juta pengguna aktif.
Hari gini siapa sih yang tidak punya instagram, bahkan ada yang memiliki akun ganda untuk stalking mantan pacarnya.

Remaja masa kini menggunakan instagram sebagai media eksistensi diri, agar dianggap ada, dalam ruang lingkup pergaulannya.
Apa saja dilakukan, seperti foto dengan pose yang sedang trend, berfoto di lokasi anti mainstream. Dan pengambilan foto dari berbagai angle agar foto terlihat lebih menarik.

Dalam mata kuliah fotografi yang pernah aku ikuti, gambar yang diambil dari angel berbeda dapat memunculkan interpretasi dan hasil yang berbeda pula.
Itulah mengapa wanita (maaf) gemuk memiringkan badannya ketika difoto, agar terlihat lebih kurus katanya.

Lalu bagaimana cara memandang kekinian dari angle yang berbeda ? Keluar dari anggapan yang banyak dipercayai orang-orang ?
Hmmm, upgrade intelektual dan upgrade jiwa sosial ke level yang lebih tinggi, masa mau kalah sama game Residen Evil yang sudah chapter 7.

Kita coba lihat dulu foto yang ada diatas tulisan ini ( atau di bawah )
Reaksi pertamaku ketika melihatnya adalah tertawa.
Apa reaksi pertama ketika kamu melihatnya?
Lumrah saja kamu tertawa, tapi sebenarnya agak malu aku mengakui bahwa aku hampir menangis terharu setelah beberapa detik tertawa.

Loh kenapa ?
Aku kemudian berfikir, dulu ketika aku hanya mengeluh karena kabut asap setiap hari, merutuk keadaan dan kinerja pemerintah.
" ini pemerintah nggak becus mengatasi asap ngapain aja sih "
Parahnya, Ikut-ikutan demonstrasi di kantor gubernur, yang aku dapat cuma naik betis dan mengganggu teman kos karena mengigau. Wajar, karena kami kelelahan long march dari kampus hingga kantor gubernur, mana tidak sempat selfie lagi waktu itu.
Aku tidak memaknai demonstrasi, hanya ikut-ikutan saja, begitu ngakunya agen of change, oalaah cah ayu.
Yaa namanya mahasiswi masih polos sekali waktu itu.

Di tempat lain ada orang yang menghabiskan tenaganya memadamkan titik api bukan menghabiskan tenaga mendobrak pagar kantor gubernur Riau.
Maaf, bukan memandang sipit para aktivis yang sering melakukan demonstrasi, setiap fenomena pasti ada neomena, sedikit banyak pasti ada yang didapat dari suatu tindakan dan pergerakan, itu yang aku percayai.
Tapi tindakan nyata memang sangat amat diperlukan.
Seperti kata-kata bijak.
" menyalakan lilin kecil lebih baik daripada merutuk kegelapan "
Dan kalimat realnya yang langsung aku dengar dari salah satu masyarakat.
" itu mahasiswa lebih baik langsung turun ke lapangan memadamkan api ketimbang demo seperti itu "
Hayoo gimana ini teman-teman mahasiswa ?

Apa yang dilakukan salah satu relawan greenpeace ini, memang yang diharapkan masyarakat, salah satu trik menyandang gelar " kekinian " dengan meng-upgrade kepekaan sosial.
Melakukan aksi nyata mengabaikan perasaan ingin dianggap ada.
Menjadi mahasiswa memang harus kekinian, menggunakan pendekatan yang relevan digunakan dalam melakukan suatu pergerakan.
Agen of change. Pergerakan untuk perubahan, ndak apa-apa dari hal kecil, nanti juga akan menemukan jalan ke celah yang lebih besar.

Memandang kekinian tidak sekedar hasil foto yang terpampang di Instagram, tapi menggunakan buah pikir dan gerakan untuk menciptakan perubahan, sekecil apapun.

Fotografer : Afriadi Hikmal
In Frame  : Doni ( Volunteer GreenPeace )

Minggu, 05 Februari 2017

Cantik

"Bro jemput aku bro, aku ketemuan sama cewek jelek banget. Beda sama fotonya, aslinya jelekk bangettt"

Kira-kira seperti itu pesan singkat yang akan dikirimkan seseorang kepada temannya ketika sedang janji temu dengan wanita yang dikenal lewat sosial media. Sialnya pesan tersebut malah terkirim ke si wanita.
Kontan wanita tadi menangis, sementara aku yang mendengar tertawa  terpingkal saat diceritakan ulang cerita tersebut. Kemudian aku berfikir
" memangnya aku cantik? "

Hmmm, cantik, apa itu cantik ?
Aku bertanya kepada beberapa teman tentang apa definisi cantik menurut mereka.
" cantik tidak melulu fisik melainkan hati"
" cantik itu enak dilihat "
" cantik itu wanita, kalau tampan itu laki-laki " ( yaialahh )
" cantik itu dari akhlak dan prilakunya "

Dan masih banyak definisi nyeleneh yang tidak dituliskan disini.
Berdasarkan suara mayoritas, cantik itu berdasarkan tampilan fisik dan terlihat menarik. Dilansir dari kutubaca.com menurut Society of Aesthetic Plastic Surgery, di Korea Selatan, 1 dari 5 wanita melakukan operasi plastik di tahun 2010.
Sementara data yang dihimpun Organisasi Bedah Plastik Estetika Internasional (ISAP) menyebutkan bahwa 20 juta prosedur kosmetik bedah dan non bedah telah dilaksanakan diseluruh dunia selama tahun 2014, jumlah yang mencengangkan.

Marilyn Monroe pernah mengatakan
" boys think girls are like books, if the cover doesn't catch their eye, they wont bother to read what's inside "

" laki-laki berfikir wanita seperti buku jika sampulnya tidak menarik mereka tidak mau membaca apa yang ada didalamnya "

Maka angka 20 juta tadi tak lagi mengejutkan, memang, wanita selalu ingin dinilai dan terlihat cantik di mata para pria bahkan, ada yang repot-repot tidak memakan sate dari tusuknya, khawatir susuknya luntur.
Astaghfirullah.

Dalam pandangan dan pengalaman pribadi, aku telah melihat banyak wanita cantik, sangat cantik tidak dari tampilan fisik. Dengan sampul yang (maaf) tidak menarik, mampu mengarahkan pasang mata terfokus melihatnya.
Wanita-wanita cantik ini memiliki pola pikir dan mata yang mampu melihat apa yang tidak dilihat orang lain. Wanita padat isi yang dimuat dalam konsep, dan cara pandang, membuat cover menarik tak lagi menjadi objek utama perhatian.

Wanita memang harus cantik, dengan meng-upgrade kecantikannya tidak sekedar polesan lipstik. Penting memiliki hati yang  baik dan cara berpikir yang juga cantik.
Saya sepakat dengan yang dikatakan Marilyn Monroe dan kebanyakan laki-laki pasti akan mengamini
Namun sedikit catatan,
" laki laki normal pasti akan memilih wanita cantik, tapi jika laki laki itu normal dan cerdik dia akan mampu melihat isi terlebih dahulu sebagai landasan memilih seorang wanita "

Dear girls, kamu cantik.
Jika tidak matanya, maka pasti hidung atau bibirnya,
Jika tidak kulitmu maka pasti kebaikan dan kebijaksanaanmu.
Apapun itu, kamu cantik.

Rabu, 01 Februari 2017

Kemana Perginya Budaya Negeri ini ?

Kemana perginya budaya negeri ini ?

Rasanya ia sembunyi, ia merajuk.
Laki-laki berdasi dan wanita dengan gincu merah serta bedak putih pucat pasi. Anak muda pun tak lagi berkutat mesra dengannya malah memalingkan wajah tidak peduli.
Tidakkah kita seharusnya sama-sama saling mencari ?

Saat ini ibu pertiwi sedang sakit punggung, dibebani ratusan bahkan jutaan ton permata bertemankan intan berlian, kalian boleh baca " pembangunan " punggungnya sakit dan perutnya kelaparan, karena manusia serakah memaksa mengeluarkan isi perutnya habis-habisan.

Indonesia kini sedang dirias dirinya, dipoles dengan bedak hedonisme yang sekarang membuat candu, bila tidak dikenakan. Padahal bukankah kita lebih ayu jika natural saja ? Kembali pada ajaran leluhur untuk tetap sederhana juga rendah hati.
Hedonisme, menjadi kebutuhan, prioritas yang secepatnya diusahakan. Maka, jangan salahkan jika budaya kita merajuk dan kabur dari jati diri bangsa ini. Kemudian, setelah ia bermesra dengan negara tetangga barulah sibuk berkoar di sosial media. Andai sosial media dapat berbicara : " kalian selama ini kemana saja ? "
Kita sudah abai, negeri kita terlalu kaya sumber daya, emas, timah minyak bumi, nikel sampai batubara, kita buta oleh materi fisik yang akan habis seiring waktu. Kita buta dan abai dari kemolekan pusaka yang dulu susah payah dibuat dan diturunkan nenek moyang, mata kita tertutup debu " globalisasi " sehingga tidak melihat bahwa sejarah budaya kita lebih menggoda daripada yang dibawa kaum eropa, amerika dan konco-konconya.
Masih tidak percaya ? Lalu untuk apa setiap tahun mereka datang ke negeri kita ?
Menjual lada atau merica ?
Tidak mungkin, itu  karena negeri kita kaya, dan budaya kita menggoda.
Jadi sebelum budaya kembali angkat kaki, kita akan berikan rengkuhan hangat, agar ia nyaman dan tidak menjauh pergi. Jika dia pergi, apalagi yang tersisa dari negeri ini ?