Ketika aku mengetik kata " Kekinian " di mesin pencari google, maka ini 3 artikel teratas yang aku temukan.
1. Jangan ngaku anak kekinian kalau belum coba 15 pose foto keren ini.
2. Kamu belum dibilang gaul kalau gak pernah foto dengan gaya ini.
3. 22 ciri gaya hidup remaja kekinian yang dianggap gaul dan keren.
Dua artikel teratas menuliskan tentang, pose foto sebagai barometer agar dapat dikatakan kekinian, tidak heran karena kata kekinian juga populer bersamaan dengan populernya aplikasi yang memungkinkan penggunanya mengupload foto dengan beragam fitur yang terus berkembang.
Instagram, dirilis pada tahun 2010 lalu yang saat ini memiliki 22 Juta pengguna aktif.
Hari gini siapa sih yang tidak punya instagram, bahkan ada yang memiliki akun ganda untuk stalking mantan pacarnya.
Remaja masa kini menggunakan instagram sebagai media eksistensi diri, agar dianggap ada, dalam ruang lingkup pergaulannya.
Apa saja dilakukan, seperti foto dengan pose yang sedang trend, berfoto di lokasi anti mainstream. Dan pengambilan foto dari berbagai angle agar foto terlihat lebih menarik.
Dalam mata kuliah fotografi yang pernah aku ikuti, gambar yang diambil dari angel berbeda dapat memunculkan interpretasi dan hasil yang berbeda pula.
Itulah mengapa wanita (maaf) gemuk memiringkan badannya ketika difoto, agar terlihat lebih kurus katanya.
Lalu bagaimana cara memandang kekinian dari angle yang berbeda ? Keluar dari anggapan yang banyak dipercayai orang-orang ?
Hmmm, upgrade intelektual dan upgrade jiwa sosial ke level yang lebih tinggi, masa mau kalah sama game Residen Evil yang sudah chapter 7.
Kita coba lihat dulu foto yang ada diatas tulisan ini ( atau di bawah )
Reaksi pertamaku ketika melihatnya adalah tertawa.
Apa reaksi pertama ketika kamu melihatnya?
Lumrah saja kamu tertawa, tapi sebenarnya agak malu aku mengakui bahwa aku hampir menangis terharu setelah beberapa detik tertawa.
Loh kenapa ?
Aku kemudian berfikir, dulu ketika aku hanya mengeluh karena kabut asap setiap hari, merutuk keadaan dan kinerja pemerintah.
" ini pemerintah nggak becus mengatasi asap ngapain aja sih "
Parahnya, Ikut-ikutan demonstrasi di kantor gubernur, yang aku dapat cuma naik betis dan mengganggu teman kos karena mengigau. Wajar, karena kami kelelahan long march dari kampus hingga kantor gubernur, mana tidak sempat selfie lagi waktu itu.
Aku tidak memaknai demonstrasi, hanya ikut-ikutan saja, begitu ngakunya agen of change, oalaah cah ayu.
Yaa namanya mahasiswi masih polos sekali waktu itu.
Di tempat lain ada orang yang menghabiskan tenaganya memadamkan titik api bukan menghabiskan tenaga mendobrak pagar kantor gubernur Riau.
Maaf, bukan memandang sipit para aktivis yang sering melakukan demonstrasi, setiap fenomena pasti ada neomena, sedikit banyak pasti ada yang didapat dari suatu tindakan dan pergerakan, itu yang aku percayai.
Tapi tindakan nyata memang sangat amat diperlukan.
Seperti kata-kata bijak.
" menyalakan lilin kecil lebih baik daripada merutuk kegelapan "
Dan kalimat realnya yang langsung aku dengar dari salah satu masyarakat.
" itu mahasiswa lebih baik langsung turun ke lapangan memadamkan api ketimbang demo seperti itu "
Hayoo gimana ini teman-teman mahasiswa ?
Apa yang dilakukan salah satu relawan greenpeace ini, memang yang diharapkan masyarakat, salah satu trik menyandang gelar " kekinian " dengan meng-upgrade kepekaan sosial.
Melakukan aksi nyata mengabaikan perasaan ingin dianggap ada.
Menjadi mahasiswa memang harus kekinian, menggunakan pendekatan yang relevan digunakan dalam melakukan suatu pergerakan.
Agen of change. Pergerakan untuk perubahan, ndak apa-apa dari hal kecil, nanti juga akan menemukan jalan ke celah yang lebih besar.
Memandang kekinian tidak sekedar hasil foto yang terpampang di Instagram, tapi menggunakan buah pikir dan gerakan untuk menciptakan perubahan, sekecil apapun.
Fotografer : Afriadi Hikmal
In Frame : Doni ( Volunteer GreenPeace )