Aku telah memaafkanmu, untuk jarak, untuk waktu.
Tulisan ini, entah bakal membuatku tertawa atau sedih suatu hari nanti. malam ini, aku hanya ingin menulis, tentang rasa sepiku yang belum dibayar lunas. Begitu menyebalkan. Bagaimana tidak? toh aku manusia bukan bungkus kacang, jadi ketika situasi tidak bisa aku kendalikan, aku panik dan mencari pelarian untuk menjatuhkan kesalahan. Ketika itu aku belum berani mengakui bahwa hanya aku yang khawatir berlebihan.
Sedari awal ketika kita hanya sebatas kenalan aku sudah menjelaskan kepadamu. bahwasanya aku berubah menyebalkam ketika menaruh perasan kepada seseorang. Ini menimpamu sekarang.
lihat saat aku mengganggu jadwalmu yang bukan milikku, aku cemburu pada hal itu, pada waktu-waktu di mana seharusnya situasi kita seperti dahulu.
Sempat aku menyalahkan apa yang kamu yakini. Tapi aku sesegera mungkin harus sadar. bahwa aku tidak boleh egois. bahwa kau punya otoritas penuh akan tubuh dan pikiranmu.
Maaf ya, aku takut kau terluka, aku khawatir. dan terlebih aku merinduimu, itu yang paling mendominasi. Ada malam-malam di mana aku menangis sendirian, tempat di mana pertama kali kau menyatakan suka, pertama kali kau tergelak saat kukatakan aku cemburu. Karena aku rindu, rindu yang tidak bisa aku utarakan langsung di balon pesan instan, itu menyesakkan, sementara ketika disuarakan aku terjegal situasimu yang sedang tidak nyaman.
Setelah itu semua, di mana pun kau bersuaka. tolong berkomunikasi! you damn asshole! walau sekadar teks "Hallo, aku masih bernafas dengan dua lubang hidung" atau kau bisa mengatakan hal-hal manis yang mungkin bisa menyenangkan hatiku (Tapi ndak perlu, entah kenapa kita tidak pernah cocok dengan bahasa romantis-romantisan).
Lekaslah pulang.
Tolong pandai-pandai mencari kesempatan untuk berkabar, egomu yang tinggi itu tolong disingkirkan.
Keadaan akan kembali seperti semula, yakini saja.
Aku membencimu dengan segenap tarikan napasku.