Kilauan sinar lampu kendaraan dengan rentetan barisan di kemacetan yang ada di salah satu ruas jalan soebrantas pekanbaru. Rentetan pedagang jajanan malam mulai ramai di tepian jalan saat kemacetan itu. Ragam aneka makanan bisa jadi pilihan untuk memanjakan lidah, mulai dari gorengan, minuman dan banyak lagi. Tanda tanya terkadang muncul apakah semua itu sehat bagi kita?
Awalnya kami hanya sekedar nongkrong di sebuah tongkrongan sederhana untuk saling tukar pikiran tentang deadline yang diberikan oleh para dosen. Lalu kami mendengar pembicaraan dua orang yang duduk disamping kami tentang penggunaan minyak goreng oleh penjual gorengan yang sebenarnya sudah tidak layak pakai.
Dalam hati kecil kami juga membenarkan apa yang dibicarakan dua orang tersebut. Masih banyak para pedagang gorengan yang tidak memikirkan kesehatan para konsumen dagangannya, mereka seakan tidak peduli dan hanya mementingkan keuntungan yang mereka dapatkan dengan memperkecil modal yang dikeluarkan.
Hasil investigasi dan pantauan langsung yang dilakukan oleh CYBER bersama para timnya, ternyata masih banyak para pedagang jajanan malam (jenis gorengan) yang menggunakan minyak gorengnya hingga berulang kali sampai warnanya hitam. Namun hal itu biasa saja bagi si penjual jajanan malam tersebut.
Hal ini yang membuat kami akhirnya mencoba untuk menyelidiki dan observasi secara langsung dilapangan. Keesokan harinya kami menyusuri Jalan Soebrantas dan melihat banyak pedagang jajanan malam yang berjenis gorengan, akhirnya kami berhenti pada salah satu gerobak penjual pisang goreng keju yang berada di seberang Family Box tepat di depan Planet Swalayan. Kami memesan satu porsi pisang keju tersebut dan melihat minyak goreng yang digunakan. Ketika itu keadaan sedang ramai pembelinya sehingga kami harus menunggu terlebih dahulu, saat menunggu itu kami mencoba bertanya-tanya kepada mereka (penjual pisang keju).
Kepada kami, Didi (yang tugasnya menggoreng) menceritakan bahwa mereka hanya karyawan dan bukan pemilik usaha pisang goreng keju itu. Mereka bekerja paruh waktu pada pemilik usaha yang memiliki lima cabang gerobak pisang goreng keju tersebut. Keempat gerobak lainnya beroperasi di beberapa titik keramaian Kota Pekanbaru, seperti di Marpoyan, Harapan Raya, Jalan Durian, serta Pasar Sail.
Dalam satu gerobak terdapat dua karyawan yang memiliki tugas masing-masing, seperti Didi tugasnya adalah mengupas pisang lalu menggorengnya, selanjutnya Selamet (rekan Didi) yang akan meracik cokelat dan keju yang di pesan oleh pelanggan.
Usaha pisang goreng keju tersebut sudah berjalan cukup lama dan masih diminati oleh orang-orang. Menurut pengakuan mereka pendapatan penjualan dalam satu malam rata-rata 700 ribu untuk satu gerobak, bahkan bila sedang ramai setiap gerobak bisa mencapai 1,5 juta dalam semalam. Hal ini sungguh sangat tidak sejalan dengan kondisi minyak goreng yang mereka gunakan. Minyak tersebut sudah dipakai 2 atau 3 hari oleh mereka, sehingga tampak cekelat kehitam-hitaman.
Ketika kami singgung masalah minyak goreng tersebut mereka membenarkan bahwa mereka menggunakannya selama berhari-hari. Mereka tidak menggantinya, hanya menambahkannya saja. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak dapat berbuat apa-apa mengenai keadaan minyak goreng, pemilik usaha menjatahkan 5 liter untuk 2 hari penjualan. Itulah yang membuat mereka mau tidak mau harus mencampur minyak goreng yang baru dengan yang sudah berhari-hari tersebut agar dapat bertahan selama dua hari.
“Mau gimana lagi bang, udah dari si bos kayak gitu, kita Cuma bisa ikut aja. Kalau kita jemput ke rumah bos atau ke gerobak lain jauh bang, itu pun gak ada uang bensinnya”ucap Didi sambil membolak-balik pisang yang ada di dalam penggorengan.
Minyak yang digunakan merupakan minyak curah, dan mereka tidak diperbolehkan untuk membeli minyak goreng di tempat lain karena akan menambah pengeluaran/ modal dan mengurangi keuntungan. Mereka harus menjemput ke rumah pemilik atau ke gerobak cabang yang lain apabila minyak goreng di gerobak mereka akan habis, seperti yang dikatakan Didi. Hal ini yang membuat keadaan minyak goreng mereka tampak seperti itu.
Berdasarkan hasil kajian dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM RI), serta kajian dari pakar kesehatan yang kami dapat secara Online, penggunaan minyak jelantah sebagai minyak goreng akan memberikan dampak pada gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan tersebut diantaranya, penggunaan minyak goreng berulang kali (lebih dari dua kali) pada suhu tinggi (160 derajat C sampai dengan 180 derajat C) akan mengakibatkan hidrolis lemak menjadi asam lemak bebas yang mudah teroksidasi, sehingga minyak menjadi tengik dan membentuk asam lemak trans yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan metabolisme kolesterol yang berujung pada penyakit tekanan darah tinggi dan jantung serta akan membentuk akrolein yaitu suatu senyawa yang menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan dan menimbulkan batuk.
Selain itu, pengonsumsi minyak ini juga beresiko terkena penyumbatan pembuluh darah dan jantung koroner. Dan yang tak kalah berbahaya, minyak ini juga bersifat karsinogen sehingga bisa menyebabkan kanker.
Kami juga melakukan konsultasi dengan seorang dokter spesialis penyakit dalam mengenai batas pengulangan pada penggunaan minyak goreng. “Sebenarnya lebih baik itu setelah di gunakan ya dibuang, karena kandungan-kandungan yang ada pada minyak tersebut sudah habis setelah kita menggunakannya pertama kali, kalaupun masih digunakan ya cuma untuk yang kedua kalinya saja” terangnya kepada kami.
Hal ini menunjukkan bahwa masih ada oknum-oknum pengusaha nakal yang ingin meraup keuntungan berlipat dengan cara menekan setiap pengeluaran tanpa memikirkan efek jangka panjang yang didapatkan oleh orang yang mengkonsumsi dagangan yang dijualnya. Kapan semua ini akan berakhir ?